Tuesday, August 11, 2009

Solusi Aneh Liga Super


Sumber: bolaindo.com
Sepak bola Indonesia musim 2009/2010 sangat aneh. Sebab, kompetisi bakal sepi bintang dan menyalahi aturan pada setengah musim awal Liga Super.

Perseteruan klub dan Badan Tim Nasional (BTN) dalam perebutan 25 pemain timnas senior dan 23 punggawa timnas U-23 semakin meruncing. Lalu, PT Liga Indonesia–– nama baru Badan Liga Indonesia (BLI) –– mengajukan skema kontrak setengah musim sebagai solusi. Ini sebuah titik tengah penyelesaian masalah yang aneh. Jadwal kompetisi Liga Super rencananya dirilis setelah peringatan Hari Kemerdekaan RI, Senin (17/8).

Kendati jadwal belum terbit, sudah dipastikan seluruh pemain timnas tidak bisa memperkuat klub hingga putaran pertama selesai. Karena itu, PT Liga Indonesia tidak akan memberi legalitas kepada pemain timnas selama putaran pertama digelar. ”Dalam rancangan jadwal yang sedang kami susun,dipastikan bahwa kompetisi putaran pertama baru selesai akhir Januari.Berselang sekitar tiga minggu setelah timnas melawan Oman pada Pra-Piala Asia (PPA),” kata Direktur Kompetisi PT Liga Indonesia Joko Driyono kepada harian Seputar Indonesiakemarin.

Dengan demikian, pihaknya tidak mungkin menampung aspirasi Persib Bandung yang menginginkan kompetisi diundur hingga kegiatan timnas selesai.Apalagi,kebijakan tersebut bisa merugikan klub lain yang tidak memiliki wakil dalam skuad Merah Putih. ”Kami harus memakai kepentingan lebih besar.Kompetisi Liga Super menyerap pemain sekitar 600 pemain,sedangkan timnas hanya 25 pemain.Tentu kepentingan 600 pemain yang diutamakan,” tandasnya.

Bagaimana dengan sistem kontrak setengah musim? Padahal, dalam manual Liga Indonesia dijelaskan bahwa semua pemain minimal dikontrak selama satu musim.Terkait hal ini, Joko berkelit bahwa sistem kontrak setengah kompetisi hanya menyangkut harga pemain. Adapun, negosiasi dan kesepakatan antara klub dan pemain timnas harus dibuat sebelum kompetisi diputar, pada pekan pertama November. Solusi yang ditawarkan PT Liga Indonesia ini tentu mengharuskan klub bernegosiasi ulang kepada pemainnya yang dicomot timnas.

Dalam hitungan kasar,pemain yang diikat kontrak Rp600 juta harus menurunkan setengah harga menjadi Rp300 juta. Efek domino kebijakan ini adalah terbukanya aksi bajak-membajak pemain timnas. Klub yang semula tidak mampu membayar mahal pemain kembali mendapat angin segar untuk melakukan perang harga di kisaran menengah, yakni di bawah Rp500 juta.Kondisi ini membuat Pelatih Persib Jaya Hartono khawatir pemainnya hengkang ke klub lain.

”Kalau terjadi negosiasi ulang, pemain kami bisa kabur ke klub lain.Upaya negosiasi panjang hingga tercapai kesepakatan bisa buyar sehingga semua rencana kami berantakan,” kata Jaya,yang menampung empat pemain timnas, duo pemain bertahan Maman Abdurrahman, Nova Arianto, Eka Ramdani, dan Bambang Pamungkas, kemarin. Bagi Persisam Samarinda, sistem kontrak setengah musim menjadi angin segar untuk berburu pemain timnas. Apalagi, mereka tengah berburu sayap kanan mumpuni untuk mencapai target masuk papan atas Liga Super pertama mereka.

”Kami mengikuti saja keputusan PT Liga Indonesia soal pemain timnas karena Persisam tidak memiliki pemain di situ.Kalau ada peluang, tentu kami berharap dapat tambahan pemain timnas pada bursa transfer putaran kedua,” kata Pelatih Persisam Aji Santoso yang masih memimpin training centre (TC) Persisam di Batu, Malang,Jawa Timur. BTN juga menetapkan jadwal pelatnas timnas senior yang dimulai 25 September nanti.

Untuk timnas U-23 akan masuk pelatnas pada pertengahan Agustus, dan BTN memanggil 38 pemain dalam seleksi awal di Palembang.Seleksi pemain U-23 digelar dalam dua tahap. Pertama, Kamis (6/8) untuk 21 pemain, lalu yang kedua pada Selasa (11/8) dengan peserta sebanyak 17 pemain.

”Semua agenda tersebut sudah disetujui PSSI. Tentu kami ingin timnas lolos Piala Asia 2011 dan meraih medali pada SEA Games 2009. Semangat ini yang kami bawa,”tutur Ketua BTN Rahim Soekasah. [mohamad sahlan/sindo]

Verifikasi Awal PT Liga Indonesia: Stadion Rumbai Tak Layak


Source: riaupos.com
STADION Rumbai mengkhawatirkan! Inilah sinyal yang diberikan oleh tim verifikasi dari PT Liga Indonesia (sebelumnya bernama BLI), saat melakukan verifikasi awal stadion yang akan menjadi home base PSPS Pekanbaru tersebut, Ahad (9/8) lalu. Bahkan, mereka dengan berkelakar mengatakan, perlu banyak jin meloloskan stadion ini agar masuk standar Liga Super pada 25 September mendatang.

PT Liga Indonesia secara resmi menurunkan tim verifikasinya ke Pekanbaru, Ahad (9/8) lalu untuk mengecek persiapan PSPS menghadapi Indonesia Super League (ISL) atau Liga Super, terutama terkait infrastruktur. Hasilnya, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan PSPS.

PSPS merupakan tim promosi Liga Super 2009/2010 yang pertama dikunjungi tim verifikasi PT Liga Indonesia. Ahad (9/8) lalu, dua utusan PT Liga Indonesia yakni Lano Mahardika (manajer lisensi /ketua tim aspek infrastruktur verifikasi) dan Darwis Satmoko (manajer admistrasi kompetisi) meninjau langsung Stadion Rumbai.

Ada empat aspek yang dinilai kedua utasan tim verifikasi tersebut. Keempatnya adalah lapangan, ruang stadion, penerangan dan tribun. Dari empat aspek tersebut, Stadion Rumbai dinyatakan tak layak untuk Liga Super. ‘’Rumbai mengkhawatirkan sekali,’’ ujar Lano Mahardika didampingi Darwis Satmoko ketika ditemui Riau Pos, Senin (11/8) kemarin.

Secara rinci, Lano menjelaskan, dari aspek lapangan rumput stadion rumbai tak layak karena terlihat mengering dan botak, drainase rusak dan tekstur tanah lapangannya juga keras dan bisa membuat pemain rawan cedera. Untuk aspek ruang stadion, Rumbai hanya memiliki ruang ganti pemain, sedangkan ruang wasit tak layak, bahkan ruang pers dan medis tak ada

Untuk aspek penerangan atau lampu, Lano mengatakan saat ini Rumbai memang memiliki lampu yang sudah terpancang beberapa sudut. Tapi, karena sudah lama tak digunakan maka perlu di upgrade lagi. Pasalnya, untuk siaran langsung televisi daya pancar yang diperlukan minimal 1200 lux.

‘’Distribusi lampu harus merata disetiap sudut. Itu untuk lapangan. Tapi, dalam ruang juga harus punya penerangan yang cukup. Saat ini, ruangan dalam stadion cukup gelap. Untuk ukuran penerangan ini, akan ada tim lain lagi yang akan turun mengecek langsung daya pancarnya,’’ ujar Lano.

Aspek tribun, Rumbai juga tak memenuhi syarat karena kenyamanan dan keamanan penonton termasuk pers masih kurang. Akses keluar masuk stadion kurang banyak sehingga dikhawatirkan terjadi sesuatu, pintu darurat juga tak ada. Selain itu, toilet juga kurang, berdasarkan ketentuan, setiap 1000 penonton perbandingannya harus ada lima toilet.

‘’Jadi masih banyak PR yang harus diselesaikan PSPS jika ingin tampil di Liga Super. Kalau melihat kondisi seperti ini, sepertinya PSPS perlu banyak jin,’’ ujar Lano. ‘’Tapi, tak hanya PSPS yang punya tanggungj awab ini, tapi semua komponen harus bisa menyelamatkan PSPS,’’ tambahnya.

Bisa Diselamatkan
Tim verifikasi PT Liga Indonesia ini memberikan deadline buat PSPS untuk melakukan perubahan secara signifikan hingga 25 September mendatang. ‘’Saya rasa PSPS bisa diselamatkan asal semua pihak seperti termasuk Pemprov Riau, Pemko Pekanbaru dan swasta berkerja sama. Kasihan PSPS, perjuangan keras naik ke Liga Super, jadi sia-sia hanya karena masalah home ground,’’ ujar Darwis.

Ya, jika Stadion Rumbai tak memenuhi standar Liga Super dan tak juga direhab hingga deadline berakhir, maka sanksi berat akan diterima PSPS, yakni langsung turun dua kasta atau tergegradasi ke Divisi I. Pasalnya, PT Liga Indonesia tak mengizinkan tim Liga Super berpindah-pindah home ground selama kompetisi berjalan.

Seperti diberitakan sebelumnya, untuk merehab Stadion Rumbai tersebut, dianggarkan dana sebesar Rp2,9 miliar. Dana perbaikan ini rencananya akan dimasukkan dalam APBD perubahan. ‘’Kami memang mengajukan dana Rp2,9 miliar dan berharap semuanya direalisasi. Tapi, kemungkinan tak semua direalisasi tetap ada,’’ ujar manajer PSPS, Dastrayani Bibra, beberapa waktu lalu.

Tapi, apakah dana ini bisa dicairkan sebelum deadline berakhir? Apalagi, Kepala Bappeda Riau, Emrizal Pakis, sempat mengatakan dana renovasi Stadion Rumbai tak dianggarkan dalam APBD tahun ini, tapi di tahun 2010 ada.

Sementara itu, salah satu pengurus PSPS, Dityo Pramono yang mendampingi tim verifikasi meninjau PSPS mengatakan, memang kalau berharap dari dana APBD yang diajukan target untuk merenovasi Stadion Rumbai tak akan tercapai. Pasalnya, kalau pun cair dana tersebut, perlu prosedur yang memakan waktu.

‘’Untuk lelang tender proyek saja perlu waktu satu bulan. Jadi, tak mungkin terkejar. Untuk itu, kami berharap ada pihak spansor yang bisa bekerja sama menyelamatkan PSPS. Namun, tentunya semua pihak juga diharapkan mau mendukung PSPS,’’ tegasnya.

Tanggal 25 September jaraknya tinggal sekitar 40-45 hari dari sekarang. Jika tak lolos verifikasi, tegakah kita melihat PSPS bertarung di Divisi I kembali, setingkat dengan PS Pelalawan, PSIB Bengkalis dan PSBS Bangkinang?(hbk)

Lapangan Dakwah Lolos


Source: riaupos.com
Tim verifikai PT Liga Indonesia tak hanya meninjau Stadion Rumbai yang akan dijadikan PSPS sebagai homebase di Indonesia Super League (ISL) atau Liga Super mendatang. Tapi, mereka juga meninjau lapangan tempat latihan PSPS. Dari tiga lapangan yang direkomendasikan PSPS, hanya satu yang disetujui tim verifikasi yakni Lapangan Dakwah Rumbai.

Sementara dua lapangan lainnya yakni Lapangan Sepakbola VIP Unri Gobah serta Lapangan Sepakbola Bukit Putra Kecamatan Senapelan ditolak. ‘’Dua lapangan ini tak layak. Tapi, kalau yang terakhir (Lapangan Dakwah Rumbai) bisa. Namun, itu pun perlu renovasi lagi,’’ ujar salah seorang tim verifikasi PT Liga Indonesia, Darwis Satmoko kepada Riau Pos, kemarin.

Pria yang juga menjabat sebagai manajer administrasi kompetisi PT Liga Indonesia ini menjelaskan renovasi yang perlu dilakukan diantaranya pembangunan pagar sekeliling lapangan, ruang ganti pemain dan tribun kecil buat penonton. ‘’Kalau ketiganya terpenuhi maka lapangan ini cukup layak untuk latihan PSPS,’’ ujarnya.

Tapi yang menjadi masalah, lapangan tersebut bukan milik PSPS. Pasalnya, lapangan Dahwah Rumbai ini merupakan homebase klub lokal PS Rumbai yang juga aktif ikut kompetisi PSSI Pekanbaru. ‘’Ya, kami akan minta izin dulu ke pengelola Lapangan Dakwah Rumbai,’’ ujar salah seorang pengurus PSPS, Dityo Pramono kepada Riau Pos, kemarin.

Untuk lapangan Bukit, sebenarnya lapangan yang menjadi homebase klub Bukit Putra ini sudah punya pagar dan tribun. Tapi, rumput dan testur tanahnya cukup keras sehingga pemain rawan cedera. Selain itu, pagarnya juga banyak yang sudah rusak. Sementara Lapangan VIP Unri Gobah, selain testur tanah yang keras, lapangan ini juga tak dipagar.

Usai meninjau PSPS selama dua hari, selanjutnya hari ini Darwis berserta rekannya Lano Mahardika akan meninggalkan Pekanbaru dan melanjutkan tugasnya menlakukan verifikasi ke Persema, Persisam dan Persebaya. ‘’PSPS kebagian jatah perdana, setelah ini baru kami ke Malang,’’ ujar Lano.(hbk)